Berkarir di Bidang Digital Media NGO Lingkungan
merupakan tema yang diusung pada RBT episode 18 dengan narasumber Laras Sabila
Putri (Ka Lala) dari Yayasan KEHATI dan Anggita A. Indari (Ka Anggi) dari
EcoNusa Foundation.

Sedikit berbeda dibanding RBT sebelumnya, perbincangan
pada RBT episode ini membuka wawasan bahwa yang bekerja di NGO tidak hanya
orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan yang berhubungan dengan
lingkungan. Ka Lala dan Ka Anggi merupakan contoh bahwa lulusan yang tidak
berhubungan dengan lingkungan juga bisa bekerja di NGO. Latar belakang
pendidikan Ka Lala adalah S1 Hubungan International dan Ka Anggi adalah S1 Ilmu
Komunikasi.

Bekerja di EcoNusa merupakan tempat berlabuh kedua Ka
Anggi di industri non-profit, EcoNusa
berfokus pada
upaya peningkatan berbagai inisiatif tingkat lokal dan internasional dalam
rangka pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang berkelanjutan di wilayah Maluku
dan Papua. Sedangkan ka Lala bekerja di Yayasan KEHATI sebagai tempat keempat
ia bekerja. Yayasan KEHATI adalah
yayasan
yang
menghimpun dan mengelola sumber daya guna
mendukung berbagai program pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dan
pemanfaatannya secara adil dan berkelanjutan.

Bekerja di industry non-profit dengan industry profit
tentunya memiliki perbedaan, bahkan sesama industri non-profit pun terdapat
perbedaan. Perbedaan nyata yang dirasakan oleh ka Anggi saat bekerja di
industri non-profit dengan industry profit adalah  tujuan konten yang dibuat. Jika di industry
profit konten yang dibuat untuk memasarkan suatu produk dan terdapat konversi
keuntungannya sedangkan di industry non-profit konten-konten yang ada diberikan
dengan tujuan untuk menarik masa atau solidaritas orang banyak.

Konten yang ada tentunya dibuat oleh tim digital
media, digital media dapat memobilisasi massa, menggalang solidaritas dengan
cara yang mudah, dan audiens-nya heterogen. Selain itu dapat membuat program
dan kampanye dari masing-masing NGO. Jika tidak membuat format
digital dan hanya membuat format cetak untuk kampanye atau informasi yang ingin
disampaikan, maka akan lebih sedikit untuk menjangkau orang-orang. Sedangkan
digital, orang-orang akan mengetahui secara langsung maksud dari unggahan,
kampanye, dan cerita perubahan suatu organisasi. Oleh karena itu, baik Ka Lala
maupun Ka Anggi setuju jika team digital media sangat penting di suatu
organisasi.

Selama menjadi team digital media di NGO lingkungan,
Ka Anggi merasa senang ketika bisa memberikan dampak positif ke banyak orang
melalui kontennya. Selain itu, saat Yayasan KEHATI membuat campaign petisi tentang
gajah terbunuh di Aceh dan setelah beberapa bulan karena banyak yang
menandatangani petisinya, orang yang “membunuhnya” tertangkap dan bagi Ka Lala
ketika campaign itu membawa perubahan kebaikan, ia merasa senang.

Dari pengalaman yang diceritakan oleh Ka Anggi dan Ka
Lala dapat disimpulkan bahwa semua orang dapat bekerja di bidang yang dimau,
walaupun latar belakang pendidikan sedikit banyak mempengaruhi asalkan memiliki
kemauan untuk mendalami bidang yang diambil. Jika ingin berkarir di bidang
digital di NGO lingkungan terutama untuk anak muda, hal yang perlu dipersiapkan
adalah kemampuan untuk menulis, kemudian up to date terhadap isu lingkungan
bisa dengan mengikuti volunteer atau magang, cari tahu mengenai update di
bidang digital marketing misalnya social media marketing, search engine
optimization (SEO), dan hal-hal lainnya.