Peserta Green Camp 2019

Udara yang sangat dingin disertai alunan aliran sungai yang segar, itulah yang ada dalam pikiran kami saat dalam perjalan menuju Desa Cigombong, Jawa Barat untuk mengikuti Green Camp yang dimana kami akan berkegiatan selama tiga hari dua malam. Sebelum kami tiba dilokasi perkemahan, kami disuguhkan pemandangan yang sangat menakjubkan. Ladang sawah yang yang sedang digarap oleh beberapa petani dan juga hutan pinus yang bertebaran diperbukitan yang mengelilingi perjalanan kami seolah – olah memanjakan mata sepanjang perjalanan.

Hari pertama kami diberi waktu untuk saling mengenal satu sama yang lain sehingga saya mendapatkan banyak teman baru baik dari komunitas yang bergerak dalam lingkungan kampus maupun diluar kampus. Dan juga ada beberapa perwakilan yang datang dari luar Jakarta untuk belajar bersama – sama di Green Camp ini. Dan setelah kami berkenalan satu sama yang lain, kegiatan dilanjutkan dengan pengenalan terkait sejarah Desa Cigombong khususnya Kampung Ciwaluh dimana kampung yang kami tempati untuk menginap dan berkegiatan bersama. Dari sesi yang kebetulan diisi oleh Abah Maman dan Abah Jaja selaku sesepuh di kampung tersebut saya menjadi tau mengenai perjalanan Kampung Ciwaluh menjadi Taman Nasional dan juga beberapa upaya yang dilakukan oleh masyarakat sekitar untuk tetap menjaga Sungai Cisadene tetap bersih dan juga tumbuhan-tumbuhan tetap terjaga. Sehingga ada beberpa konflik dimana ketika Kampung Ciwaluh dijadikan Taman Nasional masyarakat sekita tidak bisa lagi bertani seperti biasanya. Namun hal tersebut sedang diperjuangkan oleh masyarakat sekitar dengan bantuan RMI agar suara masyarkat didengarkan oleh pihak yang bertanggung jawab. Setelah itu kami juga belajar dari Pak Dadang selaku Bidang PTN Taman Nasional Gunung Gede Panrango, bahwa ternyata banyak sekali Keanekaragaman Hayati yang patut dilestarikan untuk kehidupan di masa depan.

Hari pun mulai beranjak sore dan kami kembali menuju lokasi perkemahan dan mempersiapkan makan malam kami sendiri bersama kelompok yang sudah ditentukan dan sembari memasak bersama kami juga saling berbagi cerita terkait latar belakang kami yang berbeda beda. Setelah itu kami makan ngeliwet bersama dan tidak lupa kami ditemani oleh fasilitator kami Kak Waris yang setia mendampingi kami selama kegiatan.

Dan malampun tiba, saatnya saya dan teman – teman belajar bersama lagi terkait Konsep Zerowaste yang dibawakan oleh Mbak Putri dari Song Song. Disini kami disadarkan terkait kondisi sampah terhadap dunia saat ini khususnya Indonesia. Dan juga saya belajar bagaimana untuk lebih peduli lagi terhadap lingkungan sekitar dengan dimulai dari memilah sampai sampai dengan mengolah sampah organik dan anorganik menjadi media tanam dan juga membuat Eco Break dai sampah plastik dan sampah bekas makanan ringan. Sungguh ilmu yang sangat bermanfaat bagi saya dan teman – teman kaum milenial untuk menyelamatkan dunia ini dari dampak sampah yang sudah terjadi. Dan yang terkena dampak bukan hanya air, daratan, dan udara tapi juga bisa berdampak terhadap keanekaragaman hayati yang masih ada. 

Ngeliwet bareng

Lalu keesokan harinya saya dan teman sekelompok melakukan observasi terhadap penduduk sekita Kampung Ciwaluh dan Kampung Cipeucang. Observasi yang kami lakukan berupa wawancara dan pengamatan lapangan secara langsung. Dari hasil observasi yang kami lakukan banyak sekali hal – hal yang tidak kami duga ternyata dilakukan oleh penduduk sekitar, yakni sebagian besar masyarakat membakar sampahnya sendiri yang dikarenakan masih minimnya ilmu pengelolahan sampah dan juga tidak adanya pengangkutan sampah menuju TPA, sehingga penduduk sekitar memutuskan untuk membakar sampah setiap pagi di halaman belakang mereka. Adapun tempat pembuangan sampah terpusat namun sayangnya penggunaannya masih belom maksimal dan penduduk sekitar masih belum memilah sampah organik dan anorganik jadi petugas ekowisata kesulitan untuk mengolah sampah organik, maka dari itu mereka langsung melakukan pembakaran sampah ditempat tersebut.

Kegiatan selanjutnya kami diberi kesempatan untuk membuat media tanam dari sampah organik dengan cara composing. Dan juga membuat Eco Break dari botol plastik dan sampah bungkusan makanan ringan yang telah kami kumpulkan saat melakukan observasi. Dan keesokan paginya kami mejelajahi bukit sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrangi, dan kami disuguhkan oleh pemandangan kapung Ciwaluh yang sangat indah sehingga membayar keringat peluh kami saat menanjak bukit itu. 

Trekking di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Sangat menyenangkan mengikuti Green Camp 2019. Banyak sekali ilmu dan pegalaman yang saya dapatkan dalam kegiatan ini dan tidak lupa juga saya mendapatkan banyak sekali teman baik teman dari Jakarta, Depok dan juga teman – teman dari Kampung Ciwaluh. Semoga dnegan adanya Green Camp ini dapat menyadarkan para kaum milenial akan masalah – masalah terkait lingkungan sekitar dan juga dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk menjaga dan merawat bumi ini. Dan adapun pesan yang sangat teringat oleh saya untuk seluruh manusia dibumi ini, yakni “Bumi ini bukan warisan Nenek Moyang, Tapi Titipan Anak Cucu”. Semoga pesan tersebut selalu menyadarkan seluruh manusia untuk lebih peduli terhadap lingkungan. (@bamsutris/TGG)

Penulis : Alvira Novitasari, anggota Teens Go Green 2019